Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulasi tertentu, pengurangan aktifitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berfikir.
Depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak
dan fungsi tubuh.
Depresi ringan dan sepintas pada postpartum, ditandai dengan :
- Menangis.
- Merasa sangat lelah.
- Insomnia.
- Mudah tersinggung.
- Sulit konsentrasi.
- Gangguan hilang dengan sendirinya dan membaik setelah 2-3 hari, kadang-kadang 10 hari.
- Seberapa baik wanita beradaptasi sebagai ibu tergantung pada hubungan keluarga sebelumnya, gangguan perasaan selama fase siklus menstruasi dan penggunaan obat hormonal, dukungan dari suami dan faktor yang saling terkait lainnya.
- Keterbatasan diri dan perubahan perasaan ringan yang bersifat sementara terjadi 30% sampai 80% pada ibu yang baru melahirkan.
- Kekecewaan emosional (hamil, bersalin).
- Rasa sakit pada masa nifas awal.
- Kelelahan, kurang tidur.
- Cemas terhadap kemampuan merawat bayi.
- Takut tidak menarik lagi bagi suami.
- Tidak memerlukan tindakan serius.
- Kecuali antisipasi, pemahaman, rasa aman.
Depresi Pasca Melahirkan
- Dialami lebih kurang 20% dari ibu yang melahirkan.
- Tidak berbeda dengan gejala keluhan pada depresi psikotik, yaitu sedih/berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.
- Gejala mungkin tampak lebih dini, biasanya 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai bayi berusia setahun.
- Gejala yang timbul tampak sama dengan gejala depresi yaitu sedih, berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.
- Faktor biologis karena perubahan hormon selama pasca melahirkan.
- Faktor psikologis termasuk sikap negatif sebelumnya tentang mengasuh anak dan keadaan kehidupan yang menegangkan.
- Faktor sosial seperti tidak mendapatkan dukungan dari suami, hubungan perkawinan yang tidak harmonis.
- Depresi selama masa pasca melahirkan dapat timbul lagi dan gejala bisa berlanjut sampai satu tahun kemudian.
Psikosa Pasca Melahirkan
- Jarang terjadi.
- Gejala biasanya terlihat dalam 3-4 minggu setelah melahirkan berupa halusinasi dan perilaku yang tidak wajar.
- Penyebab mungkin berhubungan dengan perubahan tingkat hormonal, stres psikologis dan fisik, serta sistem pendukung yang tidak memadai (Bobak & Jensen, 1987).
- Sering dialami oleh ibu yang mengalami abortus, kematian bayi dalam kandungan maupun kemudian bayi dilahirkan.
- Gangguan komunikasi : kurangnya interaksi ibu-bayi berhubungan dengan pengetahuan ibu yang kurang tentang respon bayi.
- Cemas terhadap stres perubahan struktur keluarga dan transisi menjadi orang tua.
- Stres tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua dan perawatan anak.
- Konflik peran orang tua terhadap kelahiran bayi.
- Bantu klien beradaptasi dengan peran sebagai ibu (dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kelahiran).
- Bantu klien untuk dapat menerima dan menghadapi perasaannya sendiri.
- Anjurkan klien untuk istirahat saat bayi tidur.
- Libatkan partisipasi keluarga (bahwa klien butuh istirahat).
- Diskusikan mengenai perawatan bayi.
- Ajarkan respon perilaku bayi, anjurkan melakukan interaksi saat bayi tenang, jaga privacy saat interaksi.
- Tingkatkan keterampilan sebagai orang tua :
> Meningkatkan kemampuan untuk merawat bayi.
> Ajarkan orang tua tentang perilaku bayi dan sinkronisasi. - Bantu mempererat hubungan pasangan suami istri :
> Dorong pasutri untuk melihat sisi positif antara mereka.
> Diskusikan tentang hal-hal yang membahagiakan dan menyulitkan. - Libatkan keluarga dalam perawatan bayi.
- Waspadai perasaan inadekuat sebagai orang tua.
- Bantu sibling beradaptasi :
> Libatkan sibling.
> Anjurkan orang tua memanfaatkan waktu tertentu bersama sibling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar