Sabtu, 24 September 2011

Gangguan Psikologi Masa Nifas

     Depresi masa nifas adalah depresi setelah persalinan yang berlangsung sampai berminggu-minggu atau bulan dan kadang ada diantara mereka yang tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminya merupakan suatu penyakit.
     Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulasi tertentu, pengurangan aktifitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berfikir.
     Depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak
                                                     dan fungsi tubuh.


Depresi ringan dan sepintas pada postpartum, ditandai dengan : 
  1. Menangis.
  2. Merasa sangat lelah.
  3. Insomnia.
  4. Mudah tersinggung.
  5. Sulit konsentrasi.
  6. Gangguan hilang dengan sendirinya dan membaik setelah 2-3 hari, kadang-kadang 10 hari.
     Distress psikologis meningkat dalam 12 bulan pertama setelah melahirkan (Jhonson 1989, Paltiel 1993).
  • Seberapa baik wanita beradaptasi sebagai ibu tergantung pada hubungan keluarga sebelumnya, gangguan perasaan selama fase siklus menstruasi dan penggunaan obat hormonal, dukungan dari suami dan faktor yang saling terkait lainnya.
  • Keterbatasan diri dan perubahan perasaan ringan yang bersifat sementara terjadi 30% sampai 80% pada ibu yang baru melahirkan.
     Penyebab : 
  1. Kekecewaan emosional (hamil, bersalin).
  2. Rasa sakit pada masa nifas awal.
  3. Kelelahan, kurang tidur.
  4. Cemas terhadap kemampuan merawat bayi.
  5. Takut tidak menarik lagi bagi suami.
     Penanganan : 
  1. Tidak memerlukan tindakan serius.
  2. Kecuali antisipasi, pemahaman, rasa aman.

Depresi Pasca Melahirkan
  • Dialami lebih kurang 20% dari ibu yang melahirkan.
  • Tidak berbeda dengan gejala keluhan pada depresi psikotik, yaitu sedih/berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.
  • Gejala mungkin tampak lebih dini, biasanya 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai bayi berusia setahun.
  • Gejala yang timbul tampak sama dengan gejala depresi yaitu sedih, berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.
    Walaupun etiologi belum diketahui secara pasti, tetapi menurut penelitian :
  • Faktor biologis karena perubahan hormon selama pasca melahirkan.
  • Faktor psikologis termasuk sikap negatif sebelumnya tentang mengasuh anak dan keadaan kehidupan yang menegangkan.
  • Faktor sosial seperti tidak mendapatkan dukungan dari suami, hubungan perkawinan yang tidak harmonis.
  • Depresi selama masa pasca melahirkan dapat timbul lagi dan gejala bisa berlanjut sampai satu tahun kemudian.

Psikosa Pasca Melahirkan
  • Jarang terjadi.
  • Gejala biasanya terlihat dalam 3-4 minggu setelah melahirkan berupa halusinasi dan perilaku yang tidak wajar.
  • Penyebab mungkin berhubungan dengan perubahan tingkat hormonal, stres psikologis dan fisik, serta sistem pendukung yang tidak memadai (Bobak & Jensen, 1987).
  • Sering dialami oleh ibu yang mengalami abortus, kematian bayi dalam kandungan maupun kemudian bayi dilahirkan.
     Diagnosa kebutuhan : 
  1. Gangguan komunikasi : kurangnya interaksi ibu-bayi berhubungan dengan pengetahuan ibu yang kurang tentang respon bayi.
  2. Cemas terhadap stres perubahan struktur keluarga dan transisi menjadi orang tua.
  3. Stres tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua dan perawatan anak.
  4. Konflik peran orang tua terhadap kelahiran bayi.
     Rencana (Intervensi) :
  1. Bantu klien beradaptasi dengan peran sebagai ibu (dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kelahiran).
  2. Bantu klien untuk dapat menerima dan menghadapi perasaannya sendiri.
  3. Anjurkan klien untuk istirahat saat bayi tidur.
  4. Libatkan partisipasi keluarga (bahwa klien butuh istirahat).
  5. Diskusikan mengenai perawatan bayi.
  6. Ajarkan respon perilaku bayi, anjurkan melakukan interaksi saat bayi tenang, jaga privacy saat interaksi.
  7. Tingkatkan keterampilan sebagai orang tua :
    > Meningkatkan kemampuan untuk merawat bayi.
    > Ajarkan orang tua tentang perilaku bayi dan sinkronisasi.
  8. Bantu mempererat hubungan pasangan suami istri :
    > Dorong pasutri untuk melihat sisi positif antara mereka.
    > Diskusikan tentang hal-hal yang membahagiakan dan menyulitkan.
  9. Libatkan keluarga dalam perawatan bayi.
  10. Waspadai perasaan inadekuat sebagai orang tua.
  11. Bantu sibling beradaptasi :
    > Libatkan sibling.
    > Anjurkan orang tua memanfaatkan waktu tertentu bersama sibling.

Infeksi Masa Nifas

     Infeksi masa nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Demam nifas atau morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun.
     Morbiditas puerperalis ialah kenaikan suhu tubuh sampai 38
˚C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, dengan mengecualikan hari pertama.
 
1. Endometritis/Metritis
     Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat, dapat menjadi abses pelviks, peritonitis, syok septik, trombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik yang menahun, dispareunia, penyumbatan tuba, dan infertilitas.
     Tanda dan gejala :

  • Peningkatan suhu tubuh secara persisten hingga 40˚C, bergantung pada keparahan infeksi.
  • Takikardi.
  • Menggigil dengan infeksi berat.
  • Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral.
  • Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual.
  • Lokea sedikit, tidak berbau, atau berbau tidak sedap.
  • Sel darah putih meningkat.

    Penanganan :
  • Berikan transfusi bila dibutuhkan.
  • Berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi.
  • Ampisilin 2gr IV, kemudian 1gr setiap 6 jam ditambah Gentamicin 5mg IV dosis tunggal/hari dan Metronidazole 500mg IV setiap 8 jam.
    Lanjutkan antibiotika ini sampai suhu ibu tidak panas selama 24 jam.
  • Bila dicurigai adanya sisa placenta, lakukan pengeluaran (digital atau dengan kuretase). 

2. Peritonitis
     Tanda dan gejala :
  • Nyeri perut bagian bawah.
  • Bising usus tidak ada.
  • Perut yang tegang.
  • Anoreksia, muntah.
     Penanganan :
  • Lakukan pemasangan selang nasogastrik bila perut kembung akibat ileus.
  • Berikan infus (NaCl atau RL) sebanyak 3000ml.
  • Berikan antibiotika sehingga suhu bebas panas selama 24 jam.
  • Ampisilin 2gr IV, kemudian 1gr setiap 6 jam, ditambah Gentamicin 5mg IV dosis tunggal/hari dan Metronidazole 500mg IV setiap 8 jam.

3. Bendungan ASI
     Bendungan payudara/ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi.
     Tanda dan gejala :

  • Nyeri payudara dan tegang.
  • Payudara yang mengeras dan membesar (pada kedua payudara) biasanya terjadi antara hari 3-5 pasca persalinan.
     Penanganan :
     Bila ibu menyusui bayinya :
  • Susukan sesering mungkin.
  • Kedua payudara disusukan.
  • Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
  • Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui.
  • Sanggah payudara.
  • Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui.
  • Bila demam tinggi, berikan paracetamol 500mg per oral setiap 4 jam.
  • Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya.
     Bila ibu tidak menyusui bayinya :
  • Sanggah payudara.
  • Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
  • Bila diperlukan, berikan paracetamol 500mg per oral setiap 4 jam.
  • Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
  • Pompa dan kosongkan payudara.

4. Mastitis
     Terjadi bila bendungan ASI tidak ditangani/diobati dan adanya infeksi.
     Tanda dan gejala :

  • Nyeri payudara dan tegang/bengkak.
  • Adanya inflamasi yang didahului bendungan.
  • Kemerahan yang batasnya jelas pada payudara.
  • Biasanya terjadi hanya pada satu payudara saja dan terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan.
     Penanganan :
  • Sanggah payudara.
  • Kompres dingin.
  • Bila diperlukan, berikan paracetamol 500mg/oral setiap 4 jam.
  • Ibu haru didorong menyusui bayinya.
  • Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.

5. Abses Payudara
     Tanda dan gejala :

  • Payudara yang tegang dan padat kemerahan.
  • Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.
  • Adanya pus/nanah.
     Penanganan :
  • Terdapat massa padat, mengeras dibawah kulit yang kemerahan.
  • Diperlukan anastesi umum (ketamin).
  • Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola, kepinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
  • Pecahkan kantung dengan klem jaringan atau jari tangan.
  • Pasang tampon, diangkat setelah 24 jam.
  • Berikan Kloksasilin 500mg setiap 6 jam selama 10 hari.
  • Sanggah payudara.
  • Kompres dingin.
  • Berikan Paracetamol 500mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan.
  • Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus/nanah.
  • Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selama 3 hari.

Minggu, 07 Agustus 2011

Berapa Lama Kita Dikubur??


     Awan sedikit mendung, ketika kaki-kaki kecil Dina berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet.
Baju merahnya yg kebesaran melambai lambai ditiup angin. Tangan kanannya memegang es krim sambil sesekali diangkat ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram ikatan sabuk celana ayahnya.
     Dina dan ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan dan kemudian duduk diatas seonggok nisan "Hj.Rahmawati binti Rahman 19-10-1915 : 20- 01-1965"
"Nak, ini kuburan nenekmu mari kita berdo’a untuk nenekmu" Dina melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yang mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo’a untuk neneknya.
"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya, Yah?" Ayahnya mengangguk sembari tersenyum, dan memandang pusara Ibunya.
"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya, Yah?" Kata Dina berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung.
"Ya, nenekmu sudah di dalam kubur selama 42 tahun"
Dina memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana . Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut “Muhammad Zainal 19-02-1882 : 30-01-1910″
"Hmm...Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya, Yah?" Jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya.
Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya. "Memangnya kenapa Nak?" Kata sang ayah menatap teduh mata anaknya.
"Hmm...Ayah kan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa di neraka" Kata Dina sambil meminta persetujuan ayahnya
"Iya kan Yah??"
Ayahnya tersenyum, "Lalu??"
"Iya...Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong yah di dalam kubur?? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang di dalam kubur. Ya nggak, Yah?" Mata Dina berbinar karena bisa menjelaskan kepada Ayahnya tentang pendapatnya.
Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas.
"Iya nak, kamu pintar" Kata ayahnya pendek.
Pulang dari pemakaman, ayah Dina tampak gelisah diatas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya. 42 tahun hingga sekarang...Kalau kiamat datang 100 tahun lagi...142 tahun disiksa...atau bahagia dikubur...Lalu ia menunduk, meneteskan air mata.
     Kalau ia meninggal...Lalu banyak dosanya...Lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan disiksa 1000 tahun?
Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’un...Air matanya semakin banyak menetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi? Tahankah? Padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan.
Ya Allah...Ia semakin menunduk, tangannya terangkat keatas, bahunya naik turun tak teratur...air matanya semakin membanjiri wajahnya.
     Allahumma as aluka khusnul khootimah...berulang kali dibacanya do'a itu hingga suaranya serak. Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Dina.
Dihampirinya Dina yang tertidur di atas tempat tidur. Di betulkannya selimutnya. Dina terus tertidur tanpa tahu betapa sang Ayah sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan. Dan apa yang akan datang di depannya.
"Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Engkau letakkan dihatiku..."

Bila Payudara "Meradang" Pada Masa Laktasi

    Radang payudara (mastitis) tidak jarang dijumpai pada wanita yang sedang menyusui. Tandanya, kulit payudara merah dan bengkak, teraba panas, serta payudara sakit 'bukan main'.
    Adanya mastitis biasanya menandakan gaya hidup
dan pola menyusui yang tidak benar, seperti
ketidakteraturan menyusui, sering memberikan susu
formula untuk menggantikan ASI, atau tidak memompa
payudara secara teratur. Selain itu, kelelahan dan
stres juga bisa menurunkan kekebalan tubuh si ibu
sehingga timbul radang.
    Agar mastitis tidak terjadi, faktor-faktor penyebab diatas harus diperbaiki.
Berikut ini tips mencegah dan mengatasi radang payudara (mastitis) :

CARA MENCEGAH RADANG PAYUDARA (MASTITIS) :
1. Keluarkan kelebihan ASI dengan segera. ASI yang tidak dikeluarkan akan
    menumpuk dan menimbulkan penyumbatan didalam payudara yang
    dapat berujung pada peradangan.
2. Susuilah bayi sesering mungkin dan jangan memperpanjang jarak antar
    tiap waktu menyusui.
3. Jika payudara sudah terasa penuh ASI, bujuklah bayi untuk menyusui.
    Anda tidak perlu menunggu hingga 'si kecil' merasa lapar.
 

CARA MENGATASI RADANG PAYUDARA (MASTITIS) :
1. Istirahat
    Istirahat akan menghilangkan stres dan meningkatkan kekebalan tubuh
    anda kembali.

2. Kompres payudara
    Secara bergantian, kompreslah payudara anda dengan kompres hangat
    dan dingin. Kompres dingin bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri,
    sedangkan kompres panas bertujuan untuk membantu memerangi
    peradangan.

3. Pijat daerah yang sakit
    Pemijatan akan meningkatkan sirkulasi, mengurangi penyumbatan
    payudara serta membantu meningkatkan faktor imunitas di payudara.
    Pijatlah payudara anda sambil mandi air hangat atau berendam di air
    hangat.

4. Jangan berhenti menyusui
    Meskipun payudara meradang, berhenti menyusui dapat menyebabkan
    terjadinya infeksi kuman penyakit pada payudara yang dapat berlanjut
    menjadi abses payudara (payudara bernanah).

5. Susuilah lebih sering di payudara yang meradang
   
> Susuilah bayi pada payudara yang meradang sampai kosong, karena
       apabila ada yang tersisa akan lebih mudah terjadi infeksi lagi.
    > Sebaiknya langsung susui bayi (jangan dipompa), kecuali jika terpaksa
       karena bayi menolak menyusu, keluarkan ASI dengan tangan atau
       dipompa.
    > Mulailah menyusui dengan payudara yang sehat, setelah itu baru ganti
       ke payudara yang sakit. Cara ini akan mengurangi nyeri saat menyusu.

6. Apabila bayi anda menolak untuk menyusu pada payudara yang meradang
    Ini dapat disebabkan karena peradangan kelenjar susu meningkatkan
    kadar sodium (garam) pada ASI sehingga rasanya dapat berubah menjadi
    asin. Kebanyakan bayi tidak menyadari rasa asin ini, tetapi ada bayi yang
    menolak untuk meminumnya.
    Apabila bayi menolak, mulailah menyusui dari payudara yang sehat,
    setelah itu dilanjutkan ke payudara yang meradang. 

7. Periksa ke dokter
    Apabila peradangan terus berlanjut, segeralah periksa ke dokter.  

Sabtu, 06 Agustus 2011

Perawatan Payudara (Breast Care)

    Peradangan payudara, penyakit pada ibu, bentuk puting yang tidak sesuai, sampai penyakit pada anak bisa menyebabkan ibu tidak mampu menyusui anaknya.Dengan perawatan payudara yang tepat, sebenarnya hal-hal itu bisa dicegah. Bagaimana caranya??
    Dibawah ini, diuraikan perawatan payudara pada masa kehamilan sampai masa menyusui yang dapat dilakukan secara mandiri, selamat mencoba... :)

A. MASA KEHAMILAN
     Dalam masa kehamilan, ASI laktasi (Air Susu Ibu pada masa menyusui) perlu dipersiapkan dengan lebih intensif.
     Kedua ibu jari diletakkan diatas dan dibawah puting susu, kemudian secara perlahan-lahan ditekan dan dihentakkan kearah luar menjauhi puting susu. Gerakan ini dilakukan sebanyak 4-5 kali
pada pagi hari ketika puting susu dalam keadaan ereksi (tegang).
     Selain itu, hindari membersihkan payudara dengan alkohol atau sabun yang keras karena dapat mengangkat minyak pelindung kulit pada puting susu, sehingga kulit jadi kering dan puting susu bisa lecet.

     Pakailah bra yang pas, tidak ketat dan bersifat menopang payudara, jangan memakai bra yang ketat dan menekan payudara serta senam teratur. Lakukan secara teratur dan sedini mungkin.

B. SEGERA PASCA PERSALINAN 
    1. Segera susui bayi setelah ia lahir (sebaiknya kurang lebih 1 jam pasca
        persalinan.
 
    2. Berikan colostrum (ASI yang keluar pertama kali) pada bayi, dan jangan
        dibuang.
 
    3. Susuilah bayi sesering mungkin. 
    4. Jangan berikan bayi munuman lain selain ASI. 
    5. Hindari memberikan dot/empeng pada bayi. 
    6. Terapkan menyusui yang benar, yaitu :
         > Mulut bayi terbuka lebar.
         > Dagu bayi menempel di payudara ibu.
         > Bibir bawah bayi melengkung keluar.
         > Tepi areola payudara bagian bawah tidak
            tampak saat bayi menyusui.
         > Bayi tenang dan rileks.
         > Puting susu tidak terasa sakit/nyeri saat
            menyusui.
         > Kadang terdengar bunyi menelan.
         > Perut bayi menempel pada perut ibu.
         > Telinga bayi berada dalam keadaan satu garis dengan lengan dan
            tubuhnya.
         > Setelah menyusui, bayi harus disendawakan.

C. MASA NEONATAL
     (Masa bayi baru lahir sampai dengan usia 7 hari).
      > Sebaiknya bayi ditidurkan sekamar dengan ibunya sehari semalam
         (24 jam).

      > Susuilah bayi sesering mungkin sesuai kebutuhannya.
      > Jangan berikan dot/kempeng pada bayi.
      > Terapkan teknik menyusui yang benar.
      > Pastikan ibu mengkonsumsi makanan/minuman yang cukup/lebih
         banyak dibandingkan dengan tidak menyusui.

D. MASA MENYUSUI 
    Sesudah melahirkan, payudara perlu dirawat dengan cara dipijat (massase). Tindakan ini bisa memelihara kebersihan payudara, melancarkan keluarnya ASI, mencegah bendungan yang dapat mengakibatkan peradangan pada payudara, dan mencegah terjadinya bengkak pada payudara.
    Pemijatan sebaiknya dilakukan sejak hari kedua setelah melahirkan sebanyak 2 kali sehari. Agar hasilnya baik, lakukan pemijatan  secara sistematis dan teratur, disertai perawatan tubuh secara umum seperti mengkonsumsi cukup makanan bergizi, menjaga personal hygiene, dan cukup istirahat.
    Berikut langkah-langkah pemijatan payudara :
1. Tuangkan minyak secukupnya.
    Dapat menggunakan minyak kelapa.

2. Friction
    Sokong payudara kiri dengan tangan kiri,
    payudara kanan dengan tangan kanan. Dua
    pertiga jari pada tangan yang berlawanan
    membuat gerakan memutar sambil menekan
    dari pangkal payudara dan berakhir pada
    puting susu. Lakukan 2 kali gerakan pada
    setiap payudara.

3. Massase
    Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua 
    payudara. Urutlah payudara dari tengah keatas sambil mengangkat kedua
    payudara, dan lepaskan kedua payudara perlahan-lahan.

4. Pengompresan payudara
    Alat-alat yang dipersiapkan :
    > 2 buah kom sedang yang masinh-masing diisi dengan air hangat
       dan air dingin biasa.

    > 2 buah washlap.
    Caranya :
    > Kompres kedua payudara dengan washlap air hangat selama 2 menit,
       kemudian ganti dengan kompres air dingin selama 1 menit.
       Kompres bergantian 3 kali berturut-berturut dan akhiri dengan kompres
       hangat.