Minggu, 31 Juli 2011

Kondom Wanita (Female Condom)

       Kondom wanita kondom yang dirancang khusus untuk digunakan oleh perempuan, berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan wanita.
Kondom wanita berfungsi untuk mencegah kehamilan dan mengurangi resiko penyakit menular seksual. Kondom wanita memiliki dua ujung di mana ujung yang satu yang dimasukkan ke arah rahim tertutup dengan busa untuk menyerap sperma dan ujung yang lain ke arah luar terbuka.

Cara kerja
Cara kerja kondom wanita sama dengan cara kerja kondom pria, yaitu mencegah sperma masuk ke dalam alat reproduksi wanita. Manfaat, kekurangan maupun kelebihannya kondom wanita, hampir sama dengan kondom lelaki. Tingkat efektifitas kondom wanita akan tinggi, apabila cara menggunakannya benar. Kegagalan kondom umumnya terjadi karena pemakaian yang tidak benar.

Cara pemakaian
Berikut ini adalah cara pemakaian alat kontrasepsi kondom pada wanita :
·    #Tahap 1
Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan
ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka
kemasan dan jangan lupa perhatikan tanggal kadaluarsa kondom.
·          
     #Tahap 2
Sebelum hubungan seksual, perhatikan kondom wanita. Kondom wanita
punya ring yang lebar (outer ring) untuk bagian luar dan ring yang
kecil (inner ring) untuk bagian dalam.
 
·    #Tahap 3
Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan ibu jari pada sisi ring,
dan dengan jari lain pada sisi yang berseberangan, kemudian tekan
sehingga sisi ring yang berseberangan akan bersentuhan dan bentuk
inner ring menjadi lonjong.
·          
     #Tahap 4
Atur posisi yang nyaman saat memasang kondom. Posisi dapat dilakukan
secara
berdiri satu kaki di atas kursi, jongkok maupun berbaring.
    
#Tahap 5
Masukkan
inner ring ke dalam vagina dengan hati-hati. Sewaktu kondom
masuk ke dalam
vagina, gunakan jari telujuk untuk menekan inner ring
lebih jauh ke dalam vagina. Pastikan kondom jangan sampai berputar,
dan
outer ring (ring yang besar) tetap berada di luar.

·    #Tahap 6
Berikan sedikit pelicin yang berbahan dasar air pada penis atau bagian
dalam
kondom. Bantu penis masuk ke dalam kondom.

·    #Tahap 7
Pasca berhubungan, keluarkan kondom secara hati-hati dengan memutar
bagian
outer ring untuk menjaga sperma yang tertampung di dalamkondom tidak tumpah. Keluarkan kondom secara hati-hati. Buang kondom
bekas pakai ke tempat yang
aman (tempat sampah). Jangan buang di toilet.

Referensi :
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Kondom Pria (Male Condom)

Kondom tidak hanya mencegah kehamilan,tetapi juga mencegah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom akan efektif apabila pemakaiannya baik dan benar. Selain itu, kondom juga dapat dipakai bersamaan dengan kontrasepsi lain untuk mencegah Penyakit Menular Seksual.
Efektifitas pemakaian kondom akan tinggi, apabila pengguna kondom dapat menggunakan kondom dengan baik dan benar setiap kali akan berhubungan seksual. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

Defenisi
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom umumnya terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm.

Cara kerja
Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:
1.   Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
2.  Sebagai alat kontrasepsi.
3.  Sebagai pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikro organisme penyebab PMS Termasuk HIV/AIDS.

Manfaat
Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi dan non kontrasepsi.
Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain:
 1. Efektif bila pemakaian benar.
 2. Tidak mengganggu produksi ASI.
 3. Tidak mengganggu kesehatan klien.
 4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
 5. Murah dan tersedia di berbagai tempat.
 6. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.
 7. Metode kontrasepsi sementara.
Manfaat kondom secara non kontrasepsi antara lain:
 1. Peran serta suami untuk ber-KB.
 2. Mencegah penularan PMS.
 3. Mencegah ejakulasi dini.
 4. Mengurangi insidensi kanker serviks.
 5. Adanya interaksi sesama pasangan.
 6. Mencegah imuno infertilitas.


Keunggulan
Dapat digunakan selama menyusui, satu-satunya kontrasepsi yang mencegah PMS, infeksi GO, klamidia, dan murah, praktis, serta mudah didapat.

Keterbatasan
Alat kontrasepsi kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
1.   Efektifitas tidak terlalu tinggi.
2.  Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar.
3.  Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
4.  Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
5.  Perasaan malu membeli di tempat umum.
6.  Masalah pembuangan kondom bekas pakai.

Cara pemakaian
Berikut ini adalah cara pemakaian pada kontrasepsi kondom :
  • Tahap 1
          Kondom dipasang saat penis ereksi, dan
                       sebelum melakukan hubungan seksual.



  • Tahap 2
  Buka kemasan kondom secara hati-hati
              dari tepi, dan arah robekan ke arah
              tengah. Jangan menggunakan gigi,
              benda tajam saat membuka kemasan.

  •  Tahap 3
      Tekan ujung kondom dengan jari dan
                 jempol untuk menghindari udara
                 masuk ke dalam kondom. Pastikan
                 gulungan kondom berada di sisi luar.


  •  Tahap 4
  Buka gulungan kondom secara perlahan
              kearah pangkal penis, sambil menekan
              ujung kondom. Pastikan posisi kondom
              tidak berubah selama berhubungan, jika
              kondom menggulung, tarik kembali
              gulungan ke pangkal penis.
  • Tahap 5
  Setelah ejakulasi, lepas kondom saat
              penis masih ereksi. Hindari kontak penis
              dan kondom dari pasangan anda.



  • Tahap 6
     Buang dan bungkus kondom bekas pakai
                 ke tempat yang aman.






Referensi :
Saifuddin, BA. 2008. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Kamis, 28 Juli 2011

Kontrasepsi Mantap/Kontap (Tubektomi)

     Pada abad ke-19, sterilisasi dilakukan dengan mengangkat uterus atau kedua ovarium.  Pada tahun 50-an dilakukan dengan memasukkan AgNO melalui kanalis servikalis ke dalam tuba uterina. Pada akhir abad ke-19 dilakukan dengan mengikat tuba uterina namun cara ini mengalami banyak kegagalan sehingga dilakukanlah pemotongan dan pengikatan tuba uterina. Dulu, sterilisasi ini dibantu oleh anestesi umum dengan membuat sayatan/insisi yang lebar dan harus dirawat di rumah sakit. Kini, operasinya tanpa dibantu anestesi umum dengan hanya membuat insisi kecil dan tidak perlu dirawat di rumah sakit. 
      Di Indonesia sterilisasi pada wanita mulanya hanya dikerjakan atas indikasi
medis dan terutama dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan tindakan obstetric operatif perabdominal, seperti seksio sesarea, operasi tumor,
laparotomi pada kehamilan ektopik terganggu, dan pada waktu laparotomi
lainnya. 

      Metode dan teknik sterilisasi berkembang pesat setelah didirikannya Perkumpulan Untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia (PUSSI) pada bulan oktober 1974. Untuk mencocokkan dengan keadaan namanya kemudian diganti dengan Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI).

DEFENISI
Tubektomi/Kontrasepsi mantap adalah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan yaitu memotong tuba fallopii/tuba uterine yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi dan bersifat permanen.
Metode kontrasepsi
  permanen yang hanya
  diperuntukkan bagi mereka
  yang memang tidak
ingin
  atau boleh memiliki anak (karena
  alasan kesehatan).  
Disebut permanen karena metode
kontrasepsi ini hampir tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian anda ingin punya anak lagi. Pembatalan masih mungkin dilakukan, tetapi membutuhkan operasi
besar dan tidak selalu berhasil.

TUJUAN
Para ahli kebidanan banyak merekomendasikan sterilisasi pada wanita
yang berisiko tinggi untuk hamil dan melahirkan lagi. Namun, tidak pada
mereka yang belum berusia 35 tahun. Pengalaman menunjukkan banyak
perempuan yang disterilkan lalu menyesali keputusannya.
Dalam perkembangan sejarahnya, sejak dulu sampai sekarang tercatat
4 macam sterilisasi berdasarkan tujuannya :
  1.   Sterilisasi hukuman (compulsary sterilization).
2.  Sterilisasi eugenik, yaitu untuk mencegah berkembangnya kelainan mental
secara turun temurun.
3.  Sterilisasi medis, yaitu dilakukan berdasarkan indikasi medis demi
keselamatan wanita tersebut karena kehamilan berikutnya dapat
membahayakan jiwanya.
4.  Sterilisasi sukarela, yaitu yang bertujuan ganda dari sudut kesehatan,
sosial ekonomi, dan kependudukan.
 
CARA
Ada beberapa cara melakukan teknik tubektomi/sterilisasi,
yaitu :
1.  Dengan memotong saluran telur (tubektomi) :
a.  Cara Pomeroy
             Cari tuba lalu angkat pada pertengahannya sampai membentuk
             lengkungan. Bagian yang berada dibawah klem, diikat dengan
             benang yg dapat diserap oleh jaringan. Lakukan pemotongan
(tubektomi) pada bagian atas ikatan, setelah luka sembuh dan
benang ikatan diserap, kedua ujung tuba akan berpisah
satu
dan lainnya.


b. Cara Kroener
    Cari tuba lalu angkat pada fimbria dengan klem,
    buatlah dua ikatan, lakukan fimbriektomi pada ujung
    yang tidak diikat.

 
c. Cara Madlener
    Cari tuba, angkat pada pertengahannya dan klem. bagian bawah
    klem, diikat dengan benang yang mudah diserap oleh jaringan,
    kemudian klem dilepas dan dibiarkan tanpa dilakukan pemotongan.



d. Cara Aldridge
    Buat insisi kecil pada peritonium, buka sedikit dengan klem.
    Tangkap fimbira, lalu tanamkan kedalam atau dibawah
    ligamentum. Luka dijahit dengan beberapa jahitan.



e. Cara Uchida
   Tuba dicari dan dikaitkeluar, kemudian disekitar ampula
    tuba disuntikkan larutan salin-adrenalin. Didaerah ini di
    lakukan insisi kecil, tuba diikat kemudian dipotong
    (tubektomi).

 

f. Cara Irving
   Tuba diikat pada dua tempat dengan benang yang
    dapat diserap, lalu dilakukan tubektomi diantara
    kedua ikatan. Dibuat insisi kecil kedalam miometrium
    pada sudut tuba fundus uteri. Ujung sebelah proksimal
    dibenamkan kedalam insisi miometrium tadi. Ujung
    bagian distal boleh pula dibenamkan ke ligamentum
    latum.


2. Dengan menyumbat dan menutup saluran telur :
   a. Laparoskopi
      Suatu teknik operasi yang menggunakan alat berdiameter
       5 hingga 12 mm untuk menggantikan tangan dokter bedah
       melakukan prosedur bedah didalam rongga perut. Untuk
       melihat organ didalam perut tersebut digunakan kamera
       yang juga berukuran mini dengan terlebih dahulu dimasukkan
       gas untuk membuat ruangan dirongga perut lebih luas.
       Dokter bedah melakukan pembedahan dengan melihat layar
       monitor dan mengoperasikan alat tersebut dengan kedua

       tangannya. 

  b. Mini-Laparotomi
     Mini-Laparotomi (minilap) adalah suatu cara sterilisasi
      yaitu dengan operasi kecil untuk mencapai saluran telur,
      melalui sayatan kecil sepanjang 1-2,5 cm pada dinding
      perut.

 

3. Dengan menjepit saluran telur :
    Menggunakan klip atau menggunakan
    cincin (cincin Fallopi dan Yoon).



4. Dengan membakar saluran telur dengan
   menggunakan aliran listrik :
   Fulgurasi, Koagulasi, dan Kauterisasi.





INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Indikasi :
1.    Indikasi medis umum
Apabila adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita ini hamil lagi.
a.   Gangguan fisik : tuberculosis, penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker payudara, dan sebagainya.
b.   Gangguan psikis : skizofrenia, dan sebagainya.
2.   Indikasi medis obstetrik
Yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea berulang, abortus yang berulang dan sebagainya.
3.   Indikasi medis ginekologik
Yaitu disaat melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
4.   Indikasi sosial-ekonomi
Yaitu indikasi berdasarkan banyaknya anak dengan sosial-ekonomi yang rendah.

Kontraindikasi :
1.   Hamil.
2.  Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan.
3.  Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
4.  Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
5.  Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan.
6.  Ibu dalam keadaan menstruasi dengan usia reproduksi.
7.  Belum memberikan persetujuan tertulis.



KAPAN DILAKUKAN
1.    Masa interval.
Sebaiknya setelah selesai menstruasi.
2.   Pasca persalinan (postpartum).
Sebaiknya dilakukan dalam 24 jam atau selambat-lambatnya 48 jam pasca persalinan. Karena setelah lebih dari 48 jam, opeasi dipersulit oleh adanya edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan fertilisasi. Bila dilakukan setelah hari ke 7-10 pasca bedah, uterus dan alat-alat genital lainnya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih sulit, mudah berdarah, dan infeksi.
3.   Pasca keguguran (postabortus).
Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi.
4.   Sewaktu operasi membuka perut.
Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri karena kesempatan ini dapat sekaligus digunakan untuk melakukan kontrasepsi mantap.



KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan :
1.    Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).
2.   Tidak mempengaruhi proses menyusui.
3.  Tidak bergantung pada faktor senggama, baik bagi klien yang apabila kehamilan akan menjadi faktor resiko kesehatan yang serius.
4.   Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal.
5.   Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
6.   Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium).
7.   Berkurangnya resiko kanker ovarium.

Kekurangan :
1.   Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali).
2.   Klien dapat menyesal di kemudian hari.
3.   Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum).
4.   Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
5.   Dilakukan oleh dokter yang telatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi).
6.   Tidak melindungi diri dari PMS, termasuk HIV/AIDS.



Referensi :
Prof.Dr.Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis obstetri jilid 2. Jakarta: EGC
Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: CV.Mulia
Cunningham, dkk. 1995. Obstetri williams. Jakarta : EGC